Game yang dibatalkan termasuk Marvel: World of Heroes, yang telah melalui tahap pratinjau di beberapa negara, dan NBA All-World yang baru saja dirilis.
Melalui email yang dipublikasikan di situs web perusahaan, John Hanke, CEO Niantic, menjelaskan bahwa pemutusan hubungan kerja ini sebagian besar berkaitan dengan dampak pandemi Covid-19.
Perusahaan tumbuh pesat selama masa pandemi ketika orang-orang bermain game dengan antusias selama masa karantina, namun sekarang menghadapi tekanan akibat perlambatan ekonomi global.
Hanke juga mengakui kesulitan dalam meluncurkan game baru di pasar game seluler yang sangat kompetitif.
Niantic dikenal karena game augmented reality yang mengajak pemain bermain mini-game saat berada di luar ruangan. Kesuksesan besar mereka adalah Pokémon Go yang dirilis pada tahun 2016.
Namun, Niantic mengalami kesulitan untuk menemukan kesuksesan yang sama dengan judul-judul lainnya, meskipun mereka telah menjalin kemitraan dengan waralaba hiburan dan olahraga yang besar.
Pada tahun 2019, mereka meluncurkan Harry Potter: Wizards Unite, tetapi akhirnya membatalkannya tahun lalu karena kurangnya minat. Sebuah game berdasarkan board game bertajuk Catan juga tampaknya tidak berhasil.
Karena kekurangan judul game yang sukses, Niantic mengumumkan pada musim panas tahun lalu bahwa mereka melakukan pemotongan sekitar 85 hingga 90 posisi pekerjaan, atau sekitar delapan persen dari total karyawan, dan menghentikan beberapa produk.
Proyek yang dibatalkan termasuk Heavy Metal, game Transformers yang diumumkan oleh Niantic tahun lalu, serta Hamlet, kolaborasi antara Niantic dan Punchdrunk, perusahaan teater di balik permainan interaktif populer, Sleep No More. Dua proyek tambahan bernama Blue Sky dan Snowball juga ditangguhkan.
Pemutusan hubungan kerja terbaru ini akan memunculkan pertanyaan tentang masa depan Niantic dan produk-produk terkenalnya. Menurut Hanke, perusahaan akan fokus pada sejumlah judul yang terbatas untuk sumber dayanya di masa mendatang.
